Tampilkan postingan dengan label K. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label K. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Oktober 2013

Kepemimpinan Pramuka : Menyelesaikan Konflik



Metode-metode Pengelolaan Konflik

  1. Stimulasi konflik, yaitu upaya  menstimulasi konflik yang terlalu rendah sehingga pelaksanaan program menjadi lambat dengan agar menjadi konflik yang dapat memicu untuk persaingan untuk menuju ke hal-hal positip seperti percepatan kerja, pencapaian target yang lebih tinggi, memacu inovais dan kreativitas baru, dsb.
  2. Pengurangan atau penekanan konflik , yaitu upaya untuk mengurangi konflik yang terlalu tinggi sehingga berpotensi produktivitas, mengganggu kerjasama kelompok, terlantarnya pelaksanaan program, terganggunya emosi anggota kelompok, dsb.
  3. Penyelesaian konflik, yaitu upaya menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi agar tidak menganggu jalannya organisasi.

Metode Stimulasi  Konflik

Konflik yang terlalu rendah dapat  menyebabkan kehidupan organisasi menjadi pasif, kurang menantang, monoton sehingga menurunkan produktivtas, sikap inovatif dan motivasi meraih prestasi terbaik. Dalam menghadapi situasi semacam kehidupan organisasi perlu distimulasi agar dapat menumbuhkan konflik yang terukur.  Metode stimulasi konflik meliputi :
  • Memasukan atau penempatan orang baru atau orang luar ke dalam kelompok
  • Penyusunan kembali strukur organisasi dan penempatan personal
  • Penawaran bonus, penghargaan dan bentuk-bentuk apraisal lain untuk mendorong persaingan dan semangat kerja
  • Pemilihan pemimpin kelompok baru  yang tepat
  • Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan yang selama ini dilakukan atau mengembangkan pola pikir dan pola kera "out of the box"

Metode Pengurangan Konflik

Pada sisi lain konflik yang terlalu tinggi sangat membahayakan kehidupan organisasi, oleh sebab itu perlu upaya "pendinginan suasana". Metode pengurangan konflik adalah metode mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani masalah-masalah yang semula menimbulkan konflik. Metode yang digunakan :
  • Mengganti tujuan yang lebih bisa diterima kedua kelompok
  • Mempersatukan kedua kelompok yang bertentangan untuk menghadapi ‘ancaman’ atau ‘musuh’ yang sama
  • Mempertemukan sisi-sisi persamaan dan mendialogkan sisi-sisi perbeadaan anggota kelompok untuk merumuskan konsensus-konsensus baru.

Metode Penyelesaian Konflik   

  • Metode dominasi dan penekanan, metode ini diterapkan dengan mengedepankan otoritas/kekuasaan dengan cara menerapkan kekerasan, penenangan, penghindaran atau aturan mayoritas - suara terbanyak adalah suara yang wajib diikuti.
  • Metode kompromi, metode ini diterapkan dengan mengedepankan mencari sisi-sisi yang sama dan mendilogkan sisi-sisi yang berbeda melalui upaya pemisahan, arbitrasi, kembali ke peraturan-peraturan, menunjuk kelompok penengah, dsb.
  • Metode pemecahan masalah secara integratif, metode ini diterapkan dengan mengedepankan pemecahan masalah yang telah memperhitungkan semua aspek terjadinya persoalan secara komprehensi melalui upaya konsensus (mencari titik temua), konfrontasi  (mempertentangkan untuk menemukan kesamaan), penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi atau kepentingan yang lebih besar.


Mengenali Gaya dalam Mengeloa Konflik

Drs.H.Ahmad Thontowi, mensitir  pendapat Johnson (Supratiknya, 1995)  mengemukakan 5 gaya yang dapat dikenali untuk engelola konflik, yaitu :
  • Gaya kura-kura : Seperti halnya kura-kura yang lebih senang menarik diri untuk bersembunyi di balik tempurungnya, maka begitulah orang yang mengalami konflik dan menyelesaikannya dengan cara menghindar dari pokok persoalan maupun dan orang-orang yang dapat menimbulkan masalah. Orang yang menggunakan gaya ini percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan sia-sia. Lebih mudah menarik diri dari konflik, secara fisik maupun psikologis, daripada menghadapinya.
  • Gaya ikan hiu : Menyelesaikan masalah dengan gaya ini adalah menaklukkan lawan dengan cara menerima solusi konflik yang ditawarkan. Bagi individu yang menggunakan cara ini, tujuan pribadi adalah yang utama, sedangkan hubungan dengan pihak lain tidak begitu penting. Konflik harus dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lain kalah. MencaSpiritual kemenangan dengan cara menyerang, mengungguli, dan mengancam.
  • Gaya kancil : Pada gaya ini, hubungannya sangat diutamakan dan kepentingan pribadi menjadi kurang penting. Penyelesaian konflik menggunakan cara ini adalah dengan menghindari masalah demi kerukunan.
  • Gaya rubah : Gaya ini lebih menekankan pada kompromi untuk mencaSpiritual tujuan pribadi dan hubungan baik dengan pihak lain yang sama-sama penting.
  • Gaya burung hantu : Gaya ini sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadi sekaligus hubungannya dengan pihak lain, bagi orang-orang yang menggunakan gaya ini untuk menyelesaikan konflik menganggap bahwa konflik adalah masalah yang harus dicari pemecahannya yang mana harus sejalan dengan tujuan pribadi maupun tujuan lawan. Gaya ini menunjukkan bahwa konflik bermanfaat meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi ketegangan yang terjadi antar dua pihak yang bertikai.

Menyelesaikan Konflik

Banyak alternatif yang bisa digunakan untuk menyelesaikan konflik, tergantung pada ruang lingkup, eskalasi, tipe dan tujuan organisasi serta personal-personal yang terlibat didalamnya. Kompetensi seorang pemimpin dan kesadaran para anggota organisasi untuk menempatkan kepentingan yang lebih besar di atas kepentingan pribadi dan kelompok seringkali menjadi "pintu" penyelesain konflik yang lebih efektif

Pada bagian lain  Drs.H.Ahmad Thontowi, mensitir pendapat Prijosaksono dan Sembel (2003) mengemukakan berbagai alternatif penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang-kalah masing-masing pihak. Dalam sudut pandang ini terdapat empat kuadran manajemen konflik yaitu :
  • Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi) : Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh. Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
  • Kuadran Menang-Kalah (Persaingan) :  Kuadran kedua ini memastikan bahwa ada pihak yang memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya menggunakan kekuasaan atau pengaruh untuk mencaSpiritual kemenangan. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
  • Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi) : Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kalah-menang ini berarti ada pihak berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak.
  • Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik) : Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut. Cara ini sebenarnya hanya bisa dilakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak terlalu penting.

Kode Kehormatan Pramuka sebagai Acuan Nilai Penyelesaian Konflik

Konflik memang tidak selamanya negatif  karena ada juga konflik yang positip yang dapat mendinamisasikan kehidupan organisasi dalam mencapai tujuan. Konflik umumnya terjadi pada tataran "implementasi" atau "operasionalisasi" program dalam rangka mencapai tujuan organisasi, oleh sebab itu kembali ke "sistem nilai dasar" biasanya menjad pedoman resolusi konflik yang sangat efektif.

Kode Kehormatan Pramuka adalah sistem nilai yang bisa dijadikan salah satu pedoman dalam menyelesaikan konflik.  Hal itu karena Kode Kehormatan Pramuka :

  • merupakan  budaya organisasi Gerakan Pramuka yang melandasi sikap dan perilaku setiap anggota Gerakan Pramuka dalam melaksanakan kegiatan berorganisasi.
  • merupakan  kode etik bagi organisasi dan anggota Gerakan Pramuka, yang berperan sebagai landasan serta ketentuan moral, yang diterapkan bersama berbagai ketentuan lain yang mengatur hak dan kewajiban anggota, pembagian tanggung jawab antar anggota serta pengambilan keputusan oleh anggota. 
  • merupakan landasan gerak bagi Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan pendidikan kepramukaan yang kegiatannya mendorong peserta didik manunggal dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong;

    Selamat Memandu. Salam Pramuka


    Lihat enteri/topik terkait
    Kepemimpinan Pramuka : Menejemen Konflik
    Kode Kehormatan Pramuka


    Sumber :
    • Prof. DR. Sadu Wasistiono,   MS, dalam http://www.ipdn.ac.id/wakilrektor/wp-content/upu loads/MANAJEMEN-KONFLIK.pdf, diakses tanggal 18 Oktober 2013
    • Drs.H.Ahmad Thontowi - Widyaiswara Madya Balai Diklat Kemenag Palembang,  dalam http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/manajemenkonflik.pdf, diakses tanggal 18 Oktober 2013
    •  Arie Febrianto M, Jur. Tek. Industri Pertanian, FTP-UB, dalam  ariefm.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/9.-Manajemen-Konflik.ppt‎, diakses tanggal 18 Oktober 2013.
    Ditulis ulang dan diadaptasi untuk keperluan "ensiklopedia pramuka on line"  (-aiw)

    Jumat, 18 Oktober 2013

    Kepemimpinan Pramuka : Menejemen Konflik



    Latar Belakang
    • Sebagai pribadi atau individu manusia memiliki persamaan dan perbedaan  perilaku, pemikiran, motivasi, cara pandang, keinginan dan kebutuhan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan tersebut sering memicu terjadinya konflik.
    • Organisasi merupakan tempat manusia berinteraksi dalam kehidupan sosial untuk mencapai tujuan bersama. Tidak jarang dalam sebuah organisasi terjadi "konflik" karena perbedaan-perbedaan individual dimaksud di atas terbawa dalam kehidupan berorganisasi.
    • Konflik dalam organisasi yang tidak ditangani  dengan baik dapat merusak kehidupan organisasi dan berpengerauh pada kepribadian masing-masing personal yang ada didalamnya. Oleh sebab itu "mengelola konflik" kini menjadi perhatian para ahli agar tidak menganggu kehidupan organisasi maupun pribadi.
    Pandangan Lama dan Baru 

    Dalam pandangan lama konflik dalam organisasi dipandang sebagai :
    • Konflik dalam organisasi  dapat dihindarkan, oleh sebab itu dalam kehidupan organisasi tidak dibolehkan adanya konflik.
    • Konflik disebabkan oleh kesalahan manajemen dan perilaku personal-personal yang cenderung bersikap  menjadi  perusak/pengacu - "trouble maker".
    • Konflik mengganggu organisasi, menghalangi pelaksanaan program dan menjadi penghalang tercapainya tujuan organisasi.
    • Tugas seorang pemimpin adalah menghilangkan konflik karena organisasi yang efektif membutuhkan penghapusan konflik.
    Dalam pandangan baru konflik dalam organisasi dipandang sebagai :
    • Konflik dalam organisasi tidak dapat dihindarkan, konflik merupakan keniscayaan sebagai dampak dari "perbedaaan individu" yang ada dalam organisasi.
    • Konflik dalam organisasi dapat terjadi karena struktur organisasi dan urain pekerjaan yang tidak jelas, adanya perbedaan tujuan dari tiap individu yang tidak terkonsolidasi dan adanya perbedaan persepsi dan nilai-nilai pribadi yang menentukan cara pandang terhadap sebuah masalah.
    • Konflik dapat membantu pencapaian tujuan organisasi jika dikelola dengan baik atau konflik justru dapat  menghambat pencapaian tujuan organisasi jika dibiarkan menjadi "penyakit organisasi"
    • Tugas seorang pemimpin adalah  mengelola tingkat konflik dan mencari cara-cara penyelesaian yang efektif, elegan dan menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan indivisu. Organisasi yang sehat, dinamis, mampu memacu inisiatif dan kreativitas memerlukan tingkat konflik yang moderat. 
     Pengertian Menejemen Konflik
    • Manajemen konflik adalah manajemen jangka panjang yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik yang mendasar. Istilah manajemen konflik diberikan untuk menggambarkan berbagai cara orang menyelesaikan keluhan tentang hak untuk melawan sesuatu yang dianggapnya salah. (wikipedia.com).
    • Manajemen konflik tidak sama dengan pemecahan konflik. Pemecahan konflik merujuk pada upaya memecahkan perselisihan dengan persetujuan satu atau kedua belah pihak. Sedangkan menejemen konflik lebih merujuk pada perbedaan pandangan untuk mencapai tujuan organisasi.
    • Agar konflik individu dalam organisasi maupun konflik keorganisasian tidak melebar dan akhirnya mengganggu jalannya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka konflik perlu dikelola dengan baik, terutama oleh seorang pemimpin. 

    Konflik dalam Organisasi
    Konflik memiliki jenis-jenis  yang berbeda yaitu : (1). Konflik dalam diri individu. (2)  Konflik antar individu. (3) Konflik antara individu dan kelompok. (4) Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama. (5) Konflik antar organisasi, dan berbagai jenis konflik lainnya.

    Terdapat  empat area struktural yang dapat menyebabkan  terjadinya  konflik organisasi  yakni :
    1. Konflik hierarkhi, yakni konflik antara beberapa jenjang dalam organisasi, dapat disebabkan karena tumpang tindih kewenangan, atau rebutan pekerjaan.
    2. Konflik fungsional, yakni konflik karena tumpang tindih atau perebutan fungsi, misalnya antara pejabat fungsional dengan pejabat struktural yang menangani bidang yang sama.
    3. Konflik antara lini dan staf, seringkali disebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kewenangan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
    4. Konflik organisasi formal dengan informal.

    Kunci Mengelola  Konflik Organisasi

    Untuk dapat mengelola konflik maka tahap pertama adalah memahami anatomi terjadinya konflik dengan memberi perhatian terhadap 4 hal, yaitu : fungsi konflik, pemicu konflik, spiral konflik dan alternatif penyelesaian konflik

    Fungsi Konflik
    Dalam pendekatan baru konflik organisasi tidak dipandang hanya semata-mata sebagai penghambat namun juga bisa difungsikan  sebagai alat pencapaian tujuan. Konflik dapat difungsikan sebagai alat bantu mencapai tujuan, yaitu :
    • Sebagai alat membangun kohesi, yaitu alat untuk membangun kekompakan dalam menghadapi kompetisi, tidak menjelek-jelekan kompetitor, serta menjadikan kompetisi sebagai medan pendewasaan organiasi. Konflik harus dipersepsikan sebagai situasi  saling BERPACU dalam PRESTASI.
    • Sebagai alat  stimulan/penimbul kreativitas. Pemimpin organisasi harus mampu menyediakan forum  forum bagi anggota organisasi yang berbeda pendapat dalam bentuk diskusi yang sehat dan mencerahkan. Diskusi diarahkan untuk melahirkan ide-ide baru atau terobosan-terobosan kreatif yang disepakati bersama sebagai jalan keluar dari persoalan.
    • Sebagai alatt pelepas/katup. Pemimpin  organisasi harus mampu  memberi kesempatan para anggotanya  untuk menyampaikan pendapat, pikiran, pandangan  yang tak berkenan di hati sampai yang bersangkutan puas dan merasa dihargai.
    • Sebagai alat penjaga keseimbangan.  Organisasi perlu menjaga agar konflik pada tingkat  moderat dapat  terus ada  dan  menjadi bagian dari kehidupan organisasi. Konflik yang moderat adalah ibarat "sambal sebagai pelengkap makan siang". Meseki demikian  keseimbangannya perlu terus dijaga jangan sampai tidak terkendali dan monoton.

    Pemicu konflik
    Dalam kehidupan organisasi banyak hal yang dapat menjadi pemicu konflik. Konflik terjadi umumnya akibat hal-hal sbb :
    • Faktor pebedaan prinsip/nilai yang dianut :  latar belakang, pengalaman, kepercayaan, dan pendidikan membentuk sistem nilai dalam diri seorang individu yang biasanya dipegang erat-erat dan mudah menjadi pemicu konflik ketika terjadi perbedaa prinsip.
    • Faktor memperlakukan dan meihat fakta : fakta-fakta yang sama jika dilihat dari dimensi dan kepentingan yang berbeda jga akan dapat menjadi pemicu konflik
    • Faktor sentimen/subyektivitas : seringkali  "sikap asal beda dan mau menang sendiri" menjangkiti seseorang dalam organisasi. Sikap  ini menjadi salah satu pemicu konflik dalam organisasi, bahkan 85% konflik organisasi disebabkan oleh sentimen.
    • Faktor harapan : perbedaan harapan dan  kekecewaan terhadap harapan yang tidak tercapai umumnya juga dapat menjadi pemicu konflik
    • Faktor kompensasi : ukuran dan pemberian kompensasi yang tidak adil, transparan dan akuntabel juga sering menjadi pemicu konflik dalam organisasi.
    Spiral Konflik
    Spiral  konflik menunjukan bahwa konflik jika terus dibiarkan semakin lama akan semakin lebar, semakin tidak fokus, semakin subyektif, semakin mengundang campur tangan pihak-pihak yang tidak tahu duduk persoalan sebenarnya. Konflik semacam itu akan berkembang secara eskalatif hingga kemudian mencapai titik puncak dan bersifat destruktif /negatif.

    Untuk menghindari terjadinya  spiral konflik maka yang harus dilakukan adalah :
    • Jangan mengungkit masalah-maslah pribadi yang menyangkut kehormatan diri dan keluarga besarnya.
    • Jangan mengungkit masalah masa lalu
    • Jangan mengubah masalah,  harus tetap fokus pada sumber konflik yang inti.
    • Jangan bertindak anarkis dengan menyakiti secara fisik dan juga jangan melakukan kekerasan psikis melalui kata-kata yang disebarkan melalui media (termasuk media sosial) secara tidak proporsional dan obyektif.

    Lihat enteri/topik terkait
    Kepemimpinan Pramuka : Menyelesaikan Konflik

    Sumber :
    • Prof. DR. Sadu Wasistiono,   MS, dalam http://www.ipdn.ac.id/wakilrektor/wp-content/upu loads/MANAJEMEN-KONFLIK.pdf, diakses tanggal 18 Oktober 2013
      • Drs.H.Ahmad Thontowi - Widyaiswara Madya Balai Diklat Kemenag Palembang,  dalam http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/manajemenkonflik.pdf, diakses tanggal 18 Oktober 2013
      •  Arie Febrianto M, Jur. Tek. Industri Pertanian, FTP-UB, dalam  ariefm.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/9.-Manajemen-Konflik.ppt‎, diakses tanggal 18 Oktober 2013.
      Ditulis ulang dan diadaptasi untuk keperluan "ensiklopedia pramuka on line"  (-aiw)

      Sabtu, 28 September 2013

      Ki Hadjar Dewantoro




      Pengantar 

      Pasal 29 Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka menjelaskan bahwa pendidikan kepramukaan jika ditinjau dari hubungan antara anggota dewasa dengan anggota muda bersendikan Sistem Among.  Sistem Among dalam Gerakan Pramuka berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi insan merdeka jasmani, rohani, dan pikirannya, disertai rasa tanggung jawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain.    

      Sistem among adalah prinsip-prinsip pendidikan yang dikemukan olah Ki Hadjar Dewantoro tokoh pendidikan nasional, yang memuat prinsip-prinsip pendidikan :

      • Ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan)
      • Ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluasiang untuk berprakarsa),
      • Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)
      Riwayat Hidup

      Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

      Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara dibesarkan di lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya.

      Hal ini dimaksudkan supaya Ki Hadjar Dewantara dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak bisa dia selesaikan.

      Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

      Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo yang nantinya akan dikenal sebagai Tiga Serangkai, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

      Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalism dan kesatuan rakyat untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

      Semangatnya tidak berhenti sampai sini. Pada bulan November 1913, Ki Hadjar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda. Salah satunya adalah dengan menerbitkan tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga) di mana kedua tulisan tersebut menjadi tulisan terkenal hingga saat ini. Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker.

      Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman pengasingan terhadap Ki Hadjar Dewantara. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo yang merasa rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil menerbitkan tulisan yang bernada membela Ki Hadjar Dewantara. Mengetahui hal ini, Belanda pun memutuskan untuk menjatuhi hukuman pengasingan bagi keduanya. Douwes Dekker dibuang di Kupang sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

      Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa mempelajari banyak hal dari pada di daerah terpencil. Akhirnya mereka diizinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Ki Hadjar Dewantara berhasil memperoleh Europeesche Akte. Pada tahun 1918, Ki Hadjar Dewantara kembali ke tanah air.

      Di tanah air Ki Hadjar Dewantara semakin mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, dia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.

      Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Selama mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang.

      Saat Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar ditunjuk untuk menjadi salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan sudah terbentuk.

      Ki Hadjar Dewantara dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa dari Universitas Gajah Mada.

      Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28 April 1959 Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kini, nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

      Ajarannya yakni tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan) akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Untuk mengenang jasa-jasa Ki Hadjar Dewantara pihak penerus perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara.

      Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional. (Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh)


      Lihat topik/entri terkait
      Sistem Among dalam Pendidikan Kepramukaan

      Sumber
      • Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka,                                               Kwarnas Gerakan Pramuka, 2009
      • http://profil.merdeka.com/indonesia/k/ki-hadjar-dewantoro  -                                                       diakses tanggal 30 September 2013





      Rabu, 18 September 2013

      Kerajinan Tangan Pramuka : Origami Binatang Jerapah






      Tema
      Membuat Origami Binatang Jerapah


      Persiapan

      Bahan utama pembuatan origami adalah kertas. Siapkan kertas origami dengan ukuran12 X 12 cm atau 16 x 16 cm.  Warna kertas dengan double flourecent yang cerah dengan depan dan belakang kertas memiliki warna yang sama.

      Untuk membuat origami alat yang dibutuhkan adalah kertas dan tangan. Namun demikian ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan agar hasil pekerjaannya lebih maksimal. Alat-alat ini bisa didapatkan di toko kertas, kerajinan atau toko buku, yaitu :

      • alat lipat yaitu strip kecil dengan ujung bulat, agak mirip  sumpit pendek .Yang  Tradisional terbuat dari tulang, alat lipat sekarang bisa terbuat dari plastik atau kayu
      • Alat potong kertas . sebuah alat potong kertas A3 cukup memadai bagi yang akan memulai origami. saat anda memilih alat potong kertas pastikan skala dan garisnya benar dan lurus.
      • Kontainer tempat menyimpan kertas, untuk menyimpan kertas secara datar ataupun alat lain, dengan kotak terpisah.
      • Tempat menyimpan model Origami yang telah jadi bisa berupa dus atau kotak-kotak kecil yang sekarang banyak dijual di supermarket atau tempat jasa pembungkus kado. Saat menyimpan model origami di kotaknya, sertakan potonga kertas  kecil atau tisue untuk pengaman.
      • Cutting Mat, yaitu tatakan saat anda memotong kertas.
      • Lem, walau ada beberapa pecinta origami yang anti menggunakan lem. untuk bentuk-bentuk tertentu
      • Kotak kardus kecil yang telah digunakan untuk kemasan biasanya gratisertentu lem sangat membantu.
      • Kamera Digital, alat ini berguna sekali untuk membuat diagram secara kasar, menangkap inspirasi atau sebagai galery virtual yang anda miliki.
      • Klip Kertas, klip ini akan diperlukan untuk model-model tertentu.
      • Palu, palu??? ya kenapa tidak, akan dibutuhkan saat anda perlu menekan kertas dengan keras



      Cara Melipat 
      Cara melipat dalam seni origami sangat penting untuk diperhatikan, karena dengan cara melipat yang tepat akan menghasilkan garis-garis yang tepat. Beberapa cara melipat

      Melipat di atas Meja, 
      adapun cara-cara yang dianjurkan adalah sbb :
      • Simpan kertas diatas meja yang bersih dan rata (licin)
      • Selanjutnya lipat kertas, saat kondisi seperti ini salah satu tangan menahan kertas sehingga kertas tidak berubah tempat. Selanjutnya gabungkan titik sudut yang diinginkan , tahan dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan kertas. Lihat Gb.1
      • Langkah ke (ii) dilakukan terus jika diperlukan.
      Melipat melayang diudara, 
      Maksudnya melipat tapi tidak dilakukan diatas meja, metoda ini di sebut dengan istilah fly folding. Langkahnya adalah sbb :
      • Pertemukan terlebih dahulu 2 sudut yang akan ditemukan, selanjutnya salah satu tangan memegang bagian sudut tersebut, dan tangan yang lain menyapu bagian yang ingin dilipat. Pada tahap ini mungkin akan lebih jelas jika melihat gambar ilustrasinya di gb.2
      • Selanjutnya jika sudah terlihat presisi disetiap bagian kita dapat melakukan hal seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.


      • Metoda melipat diatas hanyalah alternative yang dapat dipilih dan sedikit masukan agar dalam setiap membentuk garis yang diminta dalam proses pembuatan model origami memiliki hasi yang optimal.selanjutnya yang paling penting adalah bagaimana cara mendapatkan garis yang akurat dan presisi di setiap bagian yang kita inginkan.



      Ikuti langkah-langkah sbb :
      Untuk membuat origami binatang jerapah ikuti, langkah-langkah berdasar gambar di bawah ini :







       Lihat Entri/Topik Terkait
       Kerajinan Tangan Pramuka : Seni Membuat Origami
       

      Sumber :
      http://pintarorigami.blogspot.com
      http://origami-indonesia.com






      Kerajinan Tangan Pramuka : Seni Membuat Origami






      Pengertian :

      Origami adalah seni lipat  dari Jepang.  Berasal  dari kata  "ori"  yang berarti "lipat" dan kata "gami"  yang berarti "kertas".  Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Seni origami merupakan  hasil karya kerajinan tangan yang sangat teliti, halus dan indah. Oleh sebab itu sebagai karya kreatif origami  menarik bagi semua usia dan golongan manusia karena proses pembuatannya yang menantang, membutuhkan ketelitian dan mampu mengembangkan rasa keindahan.

      Belajar  origami sangat menghibur, memotivasi sikap estetik (rasa keindahan) dan meningkatkan ketrampilan kerja tangan dan pikiran. Bahkan seni origami juga dapat menjadi media terapi bagi  pasien cacat mental dan pasien yang memiliki keterbatasa fisik.  Seni kerajinan tangan origami mengenalkan berbagai bentuk geometris dan juga lipatan-lipatan yang terstruktur untuk membentuk obyek tertentu. Dengan sifatnya yang semacam itu maka tidak mengherankan jika origami juga banyak dijadikan sebagai media pendidikan.


      Sejarah

      Seni origami tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjalanan Bangsa Jepang. Seni ini telah berkembang sejak abad pertama yaitu pada periode Heian (794-1183), ketika Jepang menutup diri dari pengaruh bangsa-bangsa lain. Tercatat  sekitar  tahun 1000,  Murasahi Shikibu  menulis "Kisah Pangeran Genji,"  sebuah surat cinta dalam bentuk puisi yang ditulis di atas kertas lipatan dalam bentuk yang luar biasa karena selaras dengan isi tulisannya, indah dan  halus.  Mungkin inilah origami pertama yang dikenali dalam sejarah.
      Periode Kamakura (1183-1333)  periode pemerintahan militer dan kaum  agamawan yang mencerminkan hubungan baik antara para prajurut dan rohaniwan. Menurut Yoshizawa master, (artikel yang diterbitkan dalam The Origam, 1963), mengatakan bahwa dari periode Kamakura sampai periode Muromachi (1333-1573) seni origami hanya dinikmati dan dilakukan oleh para bang sawan atau orang-orang kaya pada waktu itu.

      Seni origami terus berkembang dari masa ke masa hingga memasuki tahun  1950-1960 lahirlah seorang  guru yang hebat dalam seni origami yaitu Isao Honda dan Akira Yoshizawa. Kedua tokoh inilah yang   menciptakan bentuk-bentuk baru yang kemudian dikenal dengan  origami modern. Dari periode inilah origami kemudian berkembang ke seluruh dunia dan memperoleh dukungan dari tokoh berbagai bangsa, seperti  Lillian Oppenheimer, Dr Vicente Solorzano Sagredo, (pendiri Museum Origami di Argentika  pada tahun 1954 dan  ditutup pada tahun 1961), Ligia Montoya (Argentina), Adolfo Cerceda (Argentina), Vicente Palacios, Montroll, Nakano, N. Elias dan banyak lainnya.

      Diinspirasi oleh para tokoh di atas seni origami berkembang untuk dipelajari dan ditafsirkan lebih lanjut hingga bentuknya yang sangat beragam seperti sekarang ini. Seni Origami kini berkembang di banyak negara dengan berbagai varian baik bentuk, fungsi maupun penampilannya.

      Seni Origami sebagai Media Pendidikan
      Origami sebagai media pendidikan tidak saja menarik tapi juga efektif. Dengan komunikasi dan pemilihan materi yang tepat origami dapat dijadikan sebagai media untuk menjelaskan dan mengembangkan kemampuan penguassan  seni, ilmu sosial, ilmu bahasa hingga ilmu alam dan ilmu pasti.

      Origami sebagai media pendidikan di bidang Ilmu Sosial, seni dan bahasa :
      • Meningkatkan Kesadaran Multikultural dan Apresiasi
      • Ilustrasikanlah Acara Sejarah dan peringatannya denga origami
      • Jelajahi  Bahasa, Musik dan Sejarah Asia,bahasa Seni
      • Mengembangkan Pengakuan Representasi Pictorial dan Simbolan
      • Menafsirkan Diagram
      • Mengembangkan bahasa verbal dan Kosakata
      • Mengembangkan Keterampilan Komunikasi
      • Mengembangkan Pemahaman Membaca
      • Mengembangkan Keterampilan Menulis Kreatif – Origami dan Mendongeng
      • Ilustrasikanlah drama Kreatif dengan Boneka Origami
      • Storygami, menggabungkan cerita dengan penjelasan pembuatan diagram origami
      • Menghubungkan Sastra Multikultural dan Matematika
      Origami sebagai  media pendidikan di bidang Ilmu Sains :
      • Mengenal anatomi  Hewan, Burung, dan Serangga Tanaman
      • Penelitian tentang spesies hewan, tumbuhan
      • Mengerti tentang kertas Recycle (daur ulang) dan kegunaannya, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan sensitifitas akan lingkungan
      • Uji Origami Model untuk Aerodinamika, kecepatan gerak (motion velocity) dan Volume
      • Promosikan karya Ilmiah, Pengamatan , Ukuran Model dan Data Grafik Model
      Origami sebagai media pendidikan di bidang Ilmu Matematika
      • Mengembangkan penguasaan tentang Bentuk, Ukuran, Warna
      • Mengembangkan Fundamental Matematika Geometris
      • Mengembangkan Konsep Matematika dan memperkenalkan kosakata istilah matematika
      • Mengembangkan Simetri – Kongruensi – Sudut
      • Mengembangkan Pecahan – Rasio – Proporsi – Pengukuran
      • Mengembangkan Pemecahan Masalah, Keterampilan Berpikir analitis dan Kritis
      • Membantu memahami  3 Dimensi Objek – Hubungan Spasial
      • Membantu kemampuan menjelajahi Pola dan Membuat Koneksi

      Seni Origami sebagai Media Pendidikan Kepramukaan

      Berdasar  bentuk dan proses pembuatannya seni origami dapat dijadikan sebagai media pendidikan kepramukaan. Secara spesifik seni origami dapat digunakan sebagai media pendidikan kperamukaan yang berbeda untuk tiap jenjang pendidikan, seperti :
      • Pada jenjang Siaga : dapat menjadi media membangun kegembiraan, sikap kerjasama, memupuk sikap apresiasitif  terhadap karya seni, melatih ketelitian, ketekunan, kesabaran dan juga membangun sikap inovatif dan pantang menyerah.
      • Pada jenjang Penggalang : menjadi media ekspresi dan aktualisasi diri, membangun kebanggaan kelompok, memupuk sikap apresiatif terhadap karya seni,  melatih ketelitian, ketekunan, kesabaran dan membangun sikap inovatif.
      •  Pada jenjang Penegak dan Pandega : sebagai media karya "ekonomi kreatif" yang memiliki nilai jual dan nilai ekonomis, memotivasi untuk terus berkarya dan berinovasi serta merangsang kemampuan untuk  membaca peluang dan pasar dalam kerangka  mengembangkan sikap kewirausahaan.


      Lihat entri/topik terkait
      Kerajinan Tangan Pramuka : Origami Binatang
      Kerajinan Tangan Pramuka : Origami Bunga
      Kerajinan Tangan Pramuka : Origami Sederhana


      Sumber :
      http://senimelipat.blogspot.com
      http://origami-indonesia.com
      id.wikipedia.org

      -- dan berbagai sumber lain, ditulis ulang serta disesuaikan untuk keperluan ensiklopedia pramuka. (-aiw)


      Jumat, 12 Juli 2013

      Knots Every Scout Should Know



      KNOTS EVERY SCOUT SHOULD KNOW
      By Samuel A. Moffat, Boy Scouts of America

      Every scout knows what rope is. From the earliest moment of his play life he has used it in connection with most of his games. In camp life and on hikes he will be called upon to use it again and again. It is therefore not essential to describe here the formation of rope; its various sizes and strength. The important thing to know is how to use it to the best advantage. To do this an intelligent understanding of the different knots and how to tie them is essential. Every day sailors, explorers, mechanics, and mountain-climbers risk their lives on the knots that they tie. Thousands of lives have been sacrificed to ill-made knots. The scout therefore should be prepared in an emergency, or when necessity demands, to tie the right knot in the right way.

      There are three qualities to a good knot:
      1. Rapidity with which it can be tied.
      2. Its ability to hold fast when pulled tight, and
      3. The readiness with which it can be undone.

      The following knots, recommended to scouts, are the most serviceable because they meet the above requirements and will be of great help in scoutcraft. If the tenderfoot will follow closely the various steps indicated in the diagrams, he will have little difficulty in reproducing them at pleasure

      In practising knot-tying a short piece of hemp rope may be used. To protect the ends from fraying a scout should know how to "whip" them. The commonest method of "whipping" is as follows:

      Lay the end of a piece of twine along the end of the rope.  Hold it to the rope with the thumb of your left hand while you wind the standing part around it and the rope until the end of the twine has been covered. Then with the other end of the twine lay a loop back on the end of the rope and continue winding the twine upon this second end until all is taken up. The end is then pulled back tight and cut off close to the rope.
       For the sake of clearness a scout must constantly keep in mind these three principal parts of the rope:
      1. The Standing Part--The long unused portion of the rope on which he works;
      2. The Bight--The loop formed whenever the rope is turned back upon itself; and,
      3. The End--The part he uses in leading.
      Before proceeding with the tenderfoot requirements, a scout should first learn the two primary knots: the overhand and figure-of-eight knots.

      01.  The Overhand Knot.

      Start with the position shown in the preceding diagram. Back the end around the standing part and up through the bight and draw tight.

      02. The Figure of Eight Knot.


      Make a bight as before. Then lead the end around back of the standing part and down through the bight. After these preliminary steps, the prospective tenderfoot may proceed to learn the required knots.

      03. Square or Reef Knot.


      The commonest knot for tying two ropes together. Frequently used in first-aid bandaging. Never slips or jams; easy to untie.

      04. False Reef or Granny.

      If the ends are not crossed correctly when making the reef knot, the false reef or granny is the result. This knot is always bad.

      05. Sheet Bend or Weaver's Knot.

      This knot is used in bending the sheet to the clew of a sail and in tying two rope-ends together. Make a bight with one rope A, B, then pass end C, of other rope up through and around the entire bight and bend it under its own standing part.

      06. The Bowline.
      A noose that neither jams nor slips. Used in lowering a person from a burning building, etc. Form a small loop on the standing part leaving the end long enough for the size of the noose required. Pass the end up through the bight around the standing part and down through the bight again. To tighten, hold noose in position and pull standing part.

      07. Halter, Slip, or Running Knot.

      A bight is first formed and an overhand knot made with the end around the standing part.

      08. Sheepshank.
      Used for shortening ropes. Gather up the amount to be shortened, then make a half hitch round each of the bends as shown in the diagram.

      09. Clove Hitch.



      Used to fasten one pole to another in fitting up scaffolding; this knot holds snugly; is not liable to slip laterally. Hold the standing part in left hand, then pass the rope around the pole; cross the standing part, making a second turn around the pole, and pass the end under the last turn.

      10. The Fisherman's Bend.


      Used aboard yachts for bending on the gaff topsail halliards. It consists of two turns around a spar or ring, then a half hitch around the standing part and through the turns on the spar, and another half hitch above it around the standing part.

      11. Timber Hitch.
      Used in hauling timber. Pass the end of the rope around the timber. Then lead it around its standing part and bring it back to make two or more turns on its own part. The strain will hold it securely.

      12. Two Half Hitches.
      Useful because they are easily made and will not slip under any strain. Their formation is sufficiently indicated by the diagram.

      13. Blackwall Hitch.
      Used to secure a rope to a hook. The standing part when hauled tight holds the end firmly.

      14. Becket Hitch.
      For joining a cord to a rope. May be easily made from diagram.

      15. The Fisherman's Knot.

       Used for tying silk-worm gut for fishing purposes. It never slips; is easily unloosed by pulling the two short ends. The two ropes are laid alongside one another, then with each end an overhand knot is made around the standing part of the other. Pull the standing parts to tighten.

      16.  Carrick Bend.

      Used in uniting hawsers for towing. Is easily untied by pushing the loops inwards. Turn the end of one rope A over its standing part B to form a loop. Pass the end of the other rope across the bight thus formed, back of the standing part B over the end A, then under the bight at C, passing it over its own standing part and under the bight again at D.
      Sumber :
      Boy Scout Handbook 1911,  at  http://www.gutenberg.org/

      Sabtu, 01 Juni 2013

      Kata Kerja Operasional : Alat Bantu Merumuskan Tujuan Latihan Kepramukaan




      Arti Penting Merumuskan Tujuan Latihan
      Salah satu fungsi tertinggi dan puncak tugas seorang Pembina Pramuka adalah sebagai Perencana Latihan dan Kegiatan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh seorang Pemina Pramuka dalam menyusun perencanaan kegiatan dan latihan adalah :
      • Tujuan apa yang ingin dicapai
      • Materi apa yang akan diberikan
      • Metode dan sarana prasarana seperti apa yang dipilih
      • Prosedur evaluasi apa yang akan dipakai untuk melihat/mengobservasi perubahan perilaku peserta didik.
      Faktor-faktor di atas disusun dan dirumusan secara komprehensif agar latihan kepramukaan tidak menjemukan dan stagnan. Untuk itu dalam merumuskan faktor-faktor di atas penting untuk mempertimbangkan :
      • Aspirasi, keinginan dan lingkungan peserta didik
      • Perbedaan indivisual (individual differences) antar peserta didik
      • Kecerdasan, minat dan bakat khusus masing-masing peserta didik
      • Perkembangan jasmani dan kesehatan masing-masing peserta didik
      • Kecenderungan emosi dan karakter peserta didik
      • Hobi dan penggunaan waktu senggang
      • Lingkungan sosial budaya
      • Latar belakang keluarga, dll.

      Merumuskan Tujuan Latihan Kepramukaan
      Tujuan latihan kepramukaan adalah memuat gambaran perubahan perilaku peserta didik setelah mengikuti latihan dan kegiatan kepramukaan  baik menyangkut tertatanamnya  nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan, meningkatnya pemahaman dan penguasaan terhadap ilmu pengeahuan dan meningkatnya kemampuan menguasai ketrampilan tertentu yang berguna bagi diri, kelarga, masyarakat, bangsa dan umat manusia.

      Tujuan latihan kepramukaan adalah tujuan yang ingin dicapai berdasar materi latihan rutin/mingguan atau tujuan kegiatan tertentu. Pencapaian tujuan ini merupakan bagian dari upaya pencapaian pencapaian tujuan satuan dan tujuan umum Pendidikan kepramukaan. Kemampuan para Pembina Pramuka merumuskan tujuan latihan pramuka mingguan akan bermanfaat dalam hal :
      • Menghindari terjadinya latihan kepramukaan sebaga hal yang rutin/tidak ada inovasi
      • Menghindari terjadinya ketidaksambungan antara aspirasi peserta didik dengan materi yang diberikan
      • Menghindari pemborosan waktu kegiatan
      • Tidak adanya fokus dan tujuan yang harus dicapai bersama sehingga para peserta didik tidak termotivasi untuk berprestasi dan berkarya
      • Tidak adanya alat/instrumen evaluasi untuk mengukur perubahan perilaku peserta didik, dll.

      Kata Kerja Operasional
      Dibawah ini adalah daftar kata kerja operasional yang dapat dijadikan sebagai alat bantu merumuskan tujuan latihan kepramukaan sekaligus menunjukan target ubahan perilaku para peserta didik setelah mengikuti agenda latihan kepramukaan tertentu.


      Ranah Kognitif
      • Pengetahuan : Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis
      • Pemahaman : Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan
      • Penerapan : Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan
      • Analisis : Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer
      • Sintesis :  Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi
      • Penerapan : Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan
      Ranah Afektif
      • Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati
      • Menanggapi : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika, Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak
      • Menilai : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang
      • Mengelola : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk
      • Menghayati : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan
      Ranah Psikomotor
      • Menirukan : Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar, Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan, Mengonstruksi
      • Memanipulasi : Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang, Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi, Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur
      • Pengalamiahan : Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim, Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus
      • Artikulasi : Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan, Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel, Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang

      Contoh Penerapan Kata Kerja Operasional untuk Merumuskan 
      Tujuan Latihan Kepramukaan

      Agenda Latihan
      Seorang Pembina Pramuka akan melatih peserta didiknya  morse dan semaphore. Ia ingin agar para peserta didik tidak sekedar terampil tetapi mampu menghayati morse dan semphore sebagai media komunikasi lama di tengah berbagai media komunikasi modern. Kakak Pembina juga ingin menanamkan  empati  terhadap perkembangan teknologi komunikasi dari masa ke masa.

      Perumusan Tujuan
      Untuk mencapai keinginan tersebut, maka tujuan latihan morse dan semapore dapat dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasiona sbb :
      1. Peserta didik mampu mendemontrasikan morse dan semaphore sebagai media komunikasi secara benar (ranah psikomotorik - memanipulasi)
      2. Peserta didik mampu membandingkan morse dan semaphore sebagai media komunikasi lama dengan berbagai perangkat media komunikasi baru seperti handphone, radio, telepon, dll. (ranah kognitif - pemahaman)
      3. Peserta didik  mampu mengubah perilakunya dalam menggunakan media berkomunikasi agar lebih tepat guna dan berdaya guna, tidak boros, tidak berbohong/jujur dalam berkomunikasi, jelas dalam berkomunikasi, dll (ranah  afektif - menghayati)
      Materi & Metode
      Dengan menetapkan tujuan seperti di atas maka Kakak Pembina dengan sendirinya akan melatih morse dan semaphore tidak sekedar bisa terampil tetapi juga berupaya untuk menyajikan materi morse dan semaphore dibandingkan dengan media komunikasi modern. Agar menarik perbandingan-perbandingan itu dilakukan dengan metode permainan, studi kasus, demonstrasi, dsb.

      Ilustrasi di atas menunjukan bahwa agenda latihan yang sama akan dapat dikembangkan dengan materi dan metode yang berbeda karena adanya variasi tujuan yang ingin dicapai.


      Selamat memandu dengan penuh inovasi. Salam Pramuka


      Lihat topik/Entru terkait :

      Sumber :
      ART Gerakan Pramuka (Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 203 tahun 209)
      http://www.psb-psma.org
      http://www/id.wikipedia.org
      http://www.file.upi.edu

      Selasa, 21 Mei 2013

      Kompas, Penggunaannya dalam Kegiatan Kepramukaan





      Pengantar

      Kompas adalah alat penunjuk arah yang bekerja berdasarkan gaya medan magnet. Pada kompas selalu terdapat sebuah magnet sebagai komponen utamanya. Magnet tersebut biasanya berbentuk sebuah jarum penunjuk. Saat magnet penunjuk tersebut berada dalam keadaan bebas, maka akan mengarah ke utara-selatan magnet bumi. Inilah yang dijadikan dasar dalam pembuatan kompas dan alat navigasi berbasis medan magnet yang lain.

      Umumnya kompas terdiri dari 3 komponen kompas, yaitu badan kompas, jarum magnet, dan skala arah mata angin. Badan kompas berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung komponen utama kompas. Jarum magnet dipasang sedemikian rupa agar bisa berputar bebas secara horizontal. Skala penunjuk umumnya berupa lingkaran 360° dan arah mata angin.

      Kompas sebagai alat penunjuk  arah mata angin sangat penting untuk para Pramuka dalam hal :
      • Membantu kelancaran dan keselamatan dalam pengembaraan karena para  Pramuka akan dapat mengikuti jalan yang tertera dalam peta sehingga tidak tersesat dijalan.
      • Membantu menentukan arah kiblat untuk kesempurnaan beribadah di alam bebas/di perkemahan bagi yang beragama Islam.
      • Menentukan arah datangnya sinar matahari untuk menentukan arah mendirikan tenda dan arah lokasi kegiatan di di pagi atau sore hari.
      • Membantu dalam pembuatan dan pembacaan peta pita dan atau peta perjalanan
      • Membaca peta medan atau peta topografi
      Oleh sebab kegunaannya yang sangat beragam tersebut maka para Pramuka seyogyanya memiliki kemampuan untuk menggunakan dan membaca kompas secara benar dan tepat. Disamping itu kegiatan menggunakan dan membaca kompas merupakan kegiatan yang menyenangkan, melatih ketelitian, kerjasama dan pengenalan medan/lokasi di alam bebas.


      Macam dan jenis kompas

      Kompas terdiri dari 3 jenis, yaitu kompas bidik (kompas prisma), kompas orientering (kompas silva), dan kompas biasa.

      • Kompas bidik atau prisma fungsi utamanya untuk mempermudah menghitung sudut sasaran bidik (tempat atau benda) secara langsung. Cara pemakaiannya dengan membidikkan kompas ke sasaran secara langsung sekaligus membaca sudut sasaran pada skala kompas. Besar sudut yang dibuat oleh arah bidikan dan arah jarum (utara) itulah sudut sasarannya (bearing).


      • Kompas silva atau orienteering fungsi utamanya untuk mempermudah perhitungan dan pembacaan pada peta secara langsung. Badan atau pembungkus kompas silva selalu dibuat transparan untuk mempermudah pembacaan peta yang diletakkan di bawahnya.


      • Kompas biasa adalah kompas yang hanya digunakan sebagai penunjuk arah dan bentuknya sederhana.

      Bagian-bagian penting dari Kompas Bidik :
      • Dial, adalah permukaan Kompas dimana tertera angka derajat dan huruf mata angin.
      • Visir, adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik sasaran.
      • Kaca Pembesar, digunakan untuk melihat derajat Kompas.
      • Jarum Penunjuk, adalah alat yang menunjuk Utara Magnet.
      • Tutup Dial, dengan dua garis bersudut 45° yang dapat diputar.
      • Alat Penyangkut, adalah tempat ibu jari untuk menopang Kompas saat membidik.

      Cara Mempergunakan Kompas Bidik
      • Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak bergerak maka jarum tersebut akan menunjukkan ARAH UTARA MAGNET.
      • Bidik sasaran melalui Visir, melalui celah pada kaca pembesar, setelah itu miringkan kaca pembesar kira-kira bersudut 50° dengan kaca dial.
      • Kaca pembesar tersebut berfungsi sebagai : (a) Membidik ke arah Visir, membidik sasaran, (b) Mengintai derajat Kompas pada Dial.
      • Apabila Visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan garis yang terdapat pada tutup Dial ke arah Visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah terlihat melalui kaca pembesar.
      • Apabila sasaran bidik 30° maka bidiklah ke arah 30°
      • Sebelum menuju sasaran, tetapkan terlebih dahulu Titik sasaran sepanjang jalur 30°.
      • Carilah sebuah benda yang menonjol/tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab rute ke 30° tidak selalu datar atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita Melambung (keluar dari rute) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30°.
      • Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahulu Sasaran Balik (Back Azimuth atau Back Reading) agar kita dapat kembali ke pangkalan apabila tersesat dalam perjalanan.

      Rumus back azimuth/back reading

      1.    Apabila sasaran kurang dari 180° = di tambah 180° maka akan menjadi  180° = X + 180°
      2.    Apabila sasaran lebih dari 180° = di kurang 180°
      3.    Contoh : Sasaran balik dari
      • 30°      adalah    :    30° + 180°  = 210°
      • 240°    adalah    :    240° - 180°  = 60°
      • 45°, 34’, 20’’      adalah   : 225°    34’    20’’
      • 178°,  54’ , 14’’  adalah   : 001°    05’    45’’



        Arah mata angin dalam kompas
          • U         =   Utara                           : 0° atau 360°
          • UTL    =   Utara Timur Laut        : 22°     30’
          • TL       =   Timur Laut                  : 45°
          • TTL     =   Timur Timur Laut       : 67°    30’
          • T          =   Timur                          : 90°   
          • TMG    =   Timur Menenggara     : 112°    30’
          • TG       =   Tenggara                      : 135°
          • SMG    =   Selatan Menenggara   : 157°    30’
          • S          =   Selatan                        :180°
          • SBD    =   Selatan Barat Daya     : 202°    30’
          • BD      =   Barat Daya                  : 225°
          • B         =   Barat                           : 270°
          • BBL    =   Barat Barat Laut         : 292°    30’
          • BL       =   Barat Laut                  : 315°
          • UBL    = Utara Barat Laut          : 337°    30’

        Benda-benda lain yang dapat di gunakan untuk menentukan arah Mata Angin :
        • Matahari, terbit di Timur dan terbenam di Barat.
        • Masjid, sebagai kiblat menghadap Barat Laut.
        • Bintang, Rasi-rasi bintang pada malam hari.
        • Kuburan Islam, batu nisan membujur dari Utara Selatan.
        • Silet, jika diapungkan di atas air.

          Selamat Berlatih. Salam Pramuka

          Minggu, 21 April 2013

          Kerajinan Tangan Pramuka : Berlatih Membuat Anyaman dari Kertas




          Pengantar

          Kerajinan anyam merupakan salah satu kekayaan seni tradisi  bangsa Indonesia. Kerajinan ini hidup di kalangan suku-suku di Indonesia dengan  berbagai bentuk yang indah dan fungsi yang beragam. Dibanding dengan perkembangan seni tradisi lain kerajinan anyaman  memiliki perkembangan yang lambat.

          Pada awala  perkembangannya kerajinan anyaman  memiliki bentuk yang sederhana  dan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan praktis, namun demikian  perkembangan terkini kerajinan ini mulau muncul dalam berbagai varian yang sangat indah dan digunakan tidak sekedar sebagai pembuat alat-alat kebutuhan praktis namun juga sebagai  benda hias, asesoris alat-alat kebutuhan pribadi, asesoris fashion, dsb. Pekembangan ini menunjukan bahwa karya seni anyaman memiliki potensi besar sebagai komoditas industri kreatif yang bernilai estetika dan ekonomi yang tinggi.

          Kerajinan anyaman termasuk seni rupa terapan dua atau tiga dimensi. Berbentuk tiga dimensi karena  wujud karya seni anyaman  yang memiliki tiga ukuran, yaitu panjang, lebar dan volume. Berwujud benda utuh dan dapat dilihat da-ri segala arah.  Sedangkan dapat disebut dua dimensi karena bentuk benda yang dapat dihasilkan dari anyaman  dapat  berupa lembaran yang datar.

          Bahan yang sering digunakan dalam  kerajinan anyam ini antara lain: pertama, bahan alam seperti: bambu, rotan mendong, pandan, dan bahan alam lain yang memiliki sifat lentur dan kuat seperti rotan, enceng gendok, akar, pelepah batang pisang, pandan, bambu, mendong, penjalin, purun, sepet (serabut kelapa) dll.  Bahan kedua adalah  bahan buatan/ sintetis seperti: kertas, tali plastik, limbah plastiks, tali kur, kain, agel, tali pramuka, dll. Sedangkan jenis motif anyam yang dihasilkan sangat banyak sekali, seperti  motif kepang, mata walik, mata itik, pasung dan sebagainya.

          Kerajinan anyaman dapat menjadi materi latihan pramuka terutama untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Pada tingkat siaga dapat dilatih terlebih dahulu dengan kerajinan anyaman dua dimensi, sedangkan pada tingkat penggalang, penegak dan pandega disamping dilatih untuk menguasai seni anyaman dua dimensi juga dilatih untu menguasai seni anyaman tiga dimensi. Bahkan pada tingkat penegak pandega seni kerajinan tangan dapat dikenalkan sebagai  produk industri kreatif dengan cara para penegak pandega dilatih untuk mampu menghasilkan desain produk, cara produksi, cara pemasaran dan cara menghitung skala ekonomi/bisnis industri kreatif berbasis kerajinan tangan ini.


          Kerajinan Anyaman dari Kertas

          Seni menganyam kertas adalah awal atau dasar latihan untuk dapat menanyam ke berbagai bahan, berbagai bentuk dan berbagai fungsi. Dengan kata lain seni menganyam di kertas merupakan alat latih peserta didik untuk meningkatkan ketrampilan menganyam, mengembangkan ekspresi keindahan dan melakukan uji coba untuk memanfaatkan seni anyaman bagi produksi alat-alat kebutuha praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.



          Bahan-bahan yang disiapkan untuk membuat kerajinan tangan
          1. Kertas buffalo 2 lembar  ( ukuran A4 atau F4 ) dengan pilihan warna yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
          2. Cutter
          3. Pengaris besi.
          4. Pencil

          Langkah-langkah yang harus dilakukan :

          1.   Siapkan kertas buffalo A4 atau F4 dua buah :
            
          2.   Kertas  buffalo pertama :
          • Diberi tanda dengan garis vertical  dengan menggunakan pencil untuk menentukan jarak anyaman. 
          • Dipotong hanya bagian tengah saja, sisakan bagian pinggir kiri, kanan, atas dan bawah paling minimal 1,5 cm (masing-masing sisi/tepi). 
            
          3.  Kertas buffalo kedua
          • Kertas buffalo diberi tanda dengan garis horisontal dengan menggunakan pencil untuk menentukan jarak anyaman. Ukurannya bisa sama dengan jarak garis vertikal pada kertas pertama atau bisa lebih besar atau lebih kecil tergantung motif anyaman yang ingin dibuat.
          • Kertas buffalo yang horisontal  dipotong lepas - lepas sehingga menjadi lembaran-lembaran kecil yang siap digunakan untuk menganyam.



            Cara Menganyam

            Cara Pertama : buatlah pola diatas kertas lukis kemudian dibuat dengan cara anyaman sesungguhnya, seperti contoh di bawah ini.
             


             Pembuatan pola anyaman juga bisa dengan bantuan komputer, sbb :



            Cara Kedua  : buatlah anyaman dengan memperhatikan rumus/cara menganyam yaitu dengan memperhatikan kapan dan berapa bilah (kertas) horisontal masuk dan keluar dari bila (kertas) vertikal, seperti contoh di bawah ini.

             
             






             Beberapa contoh motif anyaman






            Selamat berlatih