Kamis, 03 Oktober 2013

Afirmasi Alat Bantu Pendidikan Nilai



Pengantar
 Dalam pendidikan kepramukaan  seyogyanya janganlah bermain hanya untuk permainan itu sendiri. Gunakanlah permainan sebagai media pendidikan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan, mengubah perilaku dan meningkatkan ketrampilan. Demikian pula   bernyanyi, tepuk tangan, menari, bercerita, menggambar dan berbagai aktivitas lain janganlah hanya berhenti sebagai sebuah nyanyian, sebuah tepuk tangan, sebuah cerita dan sebuah gambar tanpa makna. apa-apa.

Contoh : salah satu tolok  ukur  “mendongeng” dapat  menjadi media pendidikan yang efektif  dalam kepramukaan,  jika setelah kegiatan mendongeng  para Siaga dapat merumuskan kata-kata  :

“Saya bangga menjadi Siaga yang jujur kerena pribadi yang jujur adalah pribadi yang tidak merugikan sesama”.

Rumusan kalimat  di atas yang disebut dengan “afirmasi”

Afirmasi sebagai Alat Bantu  Pendidikan Nilai


Pasal 11, Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka menyatakan bahwa pada hakikatnya semua kegiatan dalam Gerakan Pramuka diarahkan untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia serta keterampilan, dan kesehatan anggota muda. Pembinaan watak, kepribadian dan akhlak mulia dilakukan melalui kegiatan: Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, Kesadaran berbangsa dan bernegara, Pengamalan moral Pancasila, Pemahaman sejarah perjuangan bangsa, Rasa percaya diri, Kepedulian dan tanggung jawab serta disiplin.

Pembinaan watak  merupapakan  salah satu bentuk pendidikan nilai atau termasuk proses pendidikan “affective domain”  atau pendidikan dalam ranah afektif.  Pendidikan ranah afektif berorientasi pada pengembangan sikap dan  perilaku-perilaku individu agar menjadi pribadi-pribadi yang positip berguna bagi diri, lingkungan dan masyarakatnya. Namun demikian pendidikan perilaku ternyata merupakan proses pendidikan yang tidak mudah karena terkait langsung dengan upaya mengubah dan menanamkan nilai-nilai. Pendidikan nilai tidak bisa melalui ceramah namun harus ada keteladanan, contoh nyata, dan upaya merangsang sikap positip secara terus menerus.    Salah satu bentuk merangsang sikap  positip dimaksud adalah dengan  “afirmasi”.

Afirmasi (Inggris : Affirmation) atau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan penegasan. Afirmasi mirip seperti doa, harapan atau cita-cita, hanya saja afirmasi lebih terstruktur dan personal dibandingkan dengan doa dan lebih spesifik. Dengan kata lain afirmasi merupakan  rumusan penryataan positip mengenai siapa diri kita dan kita bisa menjadi apa dalam kaitan kita sebagai mahluk individu, mahluk yang relegius dan mahluk sosial.

Afirmasi berguna sebagai pembawa perubahan kearah sikap positip atau sebagai sarana untuk mendorong dan memunculkan apa yang kita inginkan dalam pemikiran dan pengalaman kita. Perubahan itu terjadi baik pada tataran keyakinan, kemauan untuk berubah dan kesadaran akan adanya tanggungjawab terhadap diri sendiri, lingkungan dan Tuhan yang maha kuasa. Oleh sebab itu afirmasi biasaya digunakan sebagai penutup atau puncak sebuah proses pembelajaran atau pelatihan.

Pendidikan adalah proses mengembangkan kesadaran kearah perubahan  yang lebih baik dan sikap positip.  Keyakinan atau kesadaran pada dasarnya tersimpan di alam pikiran bawah sadar yang berbentuk emosi, ketakutan, keraguan, fakta, kejadian yang sebenarnya dan opini orang lain yang bisa diterima. Keyakinan dengan mudah menerima pikiran-pikiran negative maupun positip yang kemudian membentuk apa yang dirasakan sebagai kebenaran.

Afirmasi adalah sebuah proses yang membantu seseorang untuk terbebas dan mampu melawa pandangan-pandangan negative yang berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Sebagai mahluk yang sempurna pada dasarnya dalam diri manusia  terkandung potensi sikap positip. Afirmasi berfungsi untuk menumbuhkan sikap positip tersebut agar seseorang bisa menjadi pribadi-pribadi yang sehat secara jasmani dan rohani.

Afirmasi membutuhkan Stimulus

Sebagai sebuah proses pendidikan afirmasi membutuhkan stimulus atau perangsang. Dalam pendidikan kepramukaan stimulus ini bisa berbentuk nyanyian, tepuk tangan, permainan, cerita, kegiatan di alam bebas dsb. Yang terpenting stimulus tersebut  harus mampu merangsan daya pikira dan daya rasa seseorang untuk menumbuhkan  kesadarannya membangun sikap positip terhadap lingkungannya.

Stimulus atau perangsang  tersebut  haru mampu melahirkan afirmasi yang penuh  komitmen, keyakinan, pengharapan dan antusiasme sehingga mendorong  lahirnta  pengaruh yang sangat kuat pada keyakinan, emosi, kesehatan dan kehidupan.  Alam raya  dan seisinya adalah  mesin afirmasi raksasa yang juga dapat dijadikan stimulus.  Merenungi kebesaran dan kesempurnaan alam raya sebaai ciptaan Tuhan dengan penuh kesadaran akan menumbuhkan pikiran positif, dan   memurnikan akal budi.  Disitulah afirmasi terletak, karena otak dan pikiran dapat tercerahkan dan dibersihkanbak membersihkan rambut dengan  shampoo.

Cara Merumuskan Afirmasi

  •  Afirmasi yang kuat  disusun secara personal dengan menggunakan nama “saya” atau nama “langsung”, misalnya : “Saya bisa …”  atau “Budi adalah …”
  • Rumuskan kalimat afirmasi yang seolah-olah  kita  telah melakukan perubahan sesuai dengan yang diinginkan atau sudah menjadi orang sesuai dengan yang diinginkan. Misal “Saya selalu ingat bahwa menjadi sahabat yang jujur dan baik akan lebih bermakna bagi sesama"
  • Gunakan keterangan waktu sekarang sebab kalimat dengan keterangan waktu mendatang bisa merusak nilai sebuah afirmasi. Pikiran bawah sadar sangat harfiah dan jika afirmasi disusun dengan kalimat yang akan datang maka akan mencerminkan bahwa sesuatu itu akan terjadi di masa datang juga. Oleh sebab itu hindari rumusan afirasi seperti “Saya akan …” dan ungkapan sejenis. Afirmasi harus mengindikasikan bahwa anda telah mencapai hasil bukan “sedang berusaha”  mencapainya.
  • Afirmasi akan berhasil jika disertai dengan gambaran mental. Lebih mudah menggambarkan sesuatu yang sudah dicapai daripada proses pencapaian sesuatu yang tidak jelas. Misal : "Saya mencintai  ayah bunda sebagaiman saya mencintai bangsa dan negaraku"
  • Afirmasi harus menggambarkan sikap yang akan ditumbuhkan bukan sikap yang akan dijauhi. Gunakan sikap positip jagan sikap negatif. Lebih baik mengatakan “saya tenang ...” daripada “saya marah... ”.
  • Jangan gunakan perbandingan dalam afirmasi seperti “Saya tidak bisa menulis sebaik Budi”. Pusatkan pada diri sendiri seperti “Saya bisa menyanyi  dengan baik”.
  • Sebutkan secara spesifik tingkat yang ingin dicapai, missal  “saya bisa menyanyikan Indonesia Raya minggu depan” atau “Saya bisa menulis 1 buah buku tentang cerita rakyat".
  • Masukan kata-kata yang bermuatan perasaan kedalam afirmasi  untuk memberi bobot emosi, seperti “Saya senang dapat mengerjakan matematika hari ini” atau  “saya bangga dengan kemahiran saya mendirikan tenda".

 Berbagai jenis Afirmasi

  • Afirmasi lisan :  perkataan adalah pikiran yang diekspresikan.  Afirmasi jenis adalah afirmasi yang diekspresikan dengan kata-kat baik diucapkan dengan berbisik, bergumam maupun berteriak disertai keyakinan akan dapat dicapai dengan baik.
  • Afirmasi dalam hati : Afirmasi dalam hati adalah afirmasi yang tersimpan dan terucap dalam hati secara terus menerus sehingga menjadi kesadaran positip. Dengan terus  memusatkan perhatian dan berkonsentrasi penuh pada hal apa yang tercantum dalam afirmas maka umumnya akan dapat  terwujud. Hal itu karena semua yang ada diawali dengan pikiran dalam akal budi seseorang.
  • Afirmasi dalam bentuk perasaan (Keyakinan) : Keyakinan adalah tindakan akal budi yang berkaitan dengan sebuah gagasan, keinginan atau afirmasi yang diterima sebagai kebenaran dan bekerja berdasarkan keinginan atau afirmasi itu sendiri. Bila dalam kehidupan ini ada keyakinan, dan ketetapan hati, berarti seseorang hidup dalam tingkat mental dan emosional, yang akan dimiliki bila keinginan itu  telah terpenuhi, walaupun bila tanggapan perasaan memberikan petunjuk kearah sebaliknya. Sangatlah penting untuk menambahkan unsur keyakinan ke dalam setiap afirmasi.
  • Tindakan :  Bertindaklah dan tuliskan afirmasi  pada selembar kertas, dengan menggunakan indera jasmaniah. Ini akan membawa mereka ke alam kesempatan dan letakkanlah di alam kenyataan, berikan wujud dan bentuk. Tiupkan napas dan kehidupan kedalam afirmasi Anda dengan melakukan tindakan lain yang diperlukan.
  • Tuliskan Afirmasi Anda : Ketika Anda menuliskan afirmasi Anda, berarti Anda berbicara kepada diri Anda sendiri atau berpikir pada kertas. Proses afirmasi terbentuk oleh afirmasi tertulis. Ketika Anda menulis Anda meninggalkan sebuah kesan, sebuah bentuk, atau sebuah gambaran pada kertas, kanvas atau yang lain. Di saat Anda menuliskan afirmasi Anda, maka afirmasi itu sedang dalam perjalanan menuju kenyataan. Kata-kata tertulis merupakan satu langkah lebih dekat menuju perwujudan afirmasi Anda.

Mewujudkan afirmasi
  • Mewujudkan Afirmasi : Adakanya afirmasi dapat segera terwujud dan adakalnya hasilnya begitu lama. Oleh sebab itu ada baiknya afirmasi selalu dimunculkan di setiap kesempatan atau dengan merancang stimulus agar afirmasi tersebut dapat dimunculkan.
  • Penting  untuk menemukan  cara untuk mengoptimalkan akal budi Anda agar selalu  mempercayai dan menerima bahwa afirmasi yang telah disusun itu benar dan tepat.
  • Afirmasi juga dapat cepat diwujudkan dengan cara menuliskannya dan ditempel di dinding atau tempat-tempat yang sering dilihat, mengucapkannya berulang-ulang, menyanyikannya dengan nada-nada riang dan menarikannya.
  • Semakin riang emosi yang disertakan dalam sebuah afirmasi akan semakin efektif.  Baik perasaan positip maupun negatif memiliki kekuatan formatif.
  • Pengulangan juga merupakan salah satu jalan keberhasilan afirmasi.

Selamat Memandu, Salam Pramuka.

Lihat topik/entri terkait
Taksonomi Bloom : Alat Bantu Merumuskan Tujuan Latihan Pramuka

Sumber
  • "Apa Itu Afirmasi?" oleh : Anne Marie Evers dalam : http://pranaindonesia.wordpress.com/  diakses tanggal 4 Oktober 2013
  • "Memupuk dan Mengembangkan Nilai-nilai Spiritual Pada Anak", Oleh : Peggy Joy Jenkins, Ph.D. Penrbit : Kompas Gramedia, Jakarta, 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar